Saturday, August 11, 2007

Sekolah Penuh Rahasia

Ada seorang teman yang menyekolahkan anaknya di sekolah swasta dengan biaya
kurang lebih 40 juta per tahun mengeluh, setelah membayar mahal untuk buku
kebutuhan satu tahun sekolah anaknya, buku tersebut tidak boleh dibawa pulang.
Segala cara dia lakukan untuk mendapatkan penjelasan yang masuk akal akan
kebijakan yang diberlakukan sekolah, tetapi sekolah tidak pernah menanggapi.
Sampai suatu hari seorang guru yang mungkin masih memiliki nurani, memberitahu
secara sembunyi-sembunyi bahwa kebijakan itu dilakukan karena sekolah takut
buku-buku yang mereka pakai akan dicontek oleh pihak lain. Bahkan setelah tahun
ajaran selesaipun buku-buku ini tidak dikembalikan.

Ada juga seorang Bapak kritis yang ingin memasukkan anaknya ke sekolah negeri
unggulan bertanya mengenai rencana pembelajaran sekolah dan memperoleh jawaban
"Wah Pak, kalau itu kan rahasia sekolah." Geli juga mengetahui bahwa sekolah
punya "rahasia" dan orangtua harus berkorban harta dan kadang airmata untuk bisa
mengirim anak-anak ke tempat yang penuh rahasia.

Bukankah anak dan orangtua berhak tahu tentang apa yang akan dipelajari nanti di
sekolah yang bersangkutan sebelum akhirnya memutuskan untuk belajar di sana?
Bukankah seharusnnya sekolah yang sudah unggul, hebat dan berkualitas justru
membuka dirinya untuk ditiru sehingga tidak hanya ribuan anak menjadi unggul
tetapi seluruh bangsa menjadi bangsa yang unggul?

Semakin misterius saja dunia pendidikan kita.

Sekolah Internasional

International Baccalaureate Oraganization yang bermarkas di Geneva, Swiss mendefinisikan sekolah Internasional sebagai sekolah yang menyelenggarakan "International Education". Kriteria apa saja yang menentukan sebuah penyelenggaraan pendidikan disebut International:

1. Developing citizens of the world in relation to culture, language and learning to live together (Membangun warga dunia dalam hubungannya dengan budaya, bahasa dan pembelajaran untuk bisa hidup bersama) JADI KALAU ADA SEKOLAH MENGAKU INTERNASIONAL TETAPI MENGHASILKAN ANAK DIDIK DENGAN MENTALITAS MENGHANCURKAN/MERENDAHKAN/MENGEKSPLOITASI NEGARA LAIN/BUDAYA LAIN = PENYIMPANGAN

2. Building and reinforcing students sense of identity and cultural awareness ( Membangun dan memperkuat identitas diri dan kesadaran budaya siswa) JADI KALAU ADA SEKOLAH MENGAKU INTERNATIONAL TETAPI TIDAK BISA MENJADIKAN SISWANYA SEBAGAI INDIVIDU YANG TAHU AKAN INDENTITAS DIRINYA DAN BUDAYA YANG MELEKAT PADANYA = PENYIMPANGAN

3. Fostering students recognition and development of universal human values (Mendorong pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan universal) JADI KALAU ADA SEKOLAH MENGAKU INTERNASIONAL TETAPI MENGHASILAKAN SISWA YANG MISALNYA KEJAM/TIDAK BEREMPATI, SERAKAH, TIDAK SOPAN, SUKA MENGHINA, DST = PENYIMPANGAN

4. Stimulating curiosity and inquiry in order to foster a spirit of discovery and enjoyment of learning (Merangsang keingintahuan dan kehausan akan ilmu supaya bisa mendorong tumbuhnya semangat pencarian dan kesenangan akan belajar) JADI KALAU ADA SEKOLAH MENGAKU INTERNASIONAL TETAPI MENGHASILKAN SISWA YANG MENGANGGAP BELAJAR SEBAGAI SIKSAAN = PENYIMPANGAN

5. Equipping students with the skills to learn and acquire knowledge, individually or collaboratively, and to apply these skills and knowledge accordingly across a broad range of areas (Membekali siswa dengan ketrampilan untuk belajar dan memperoleh ilmu secara individu atau berkelompok, dan menerapkan keterampilan dan pengetahuan ini dalam berbagai area) JADI KALAU ADA SEKOLAH MENGAKU INTERNASIONAL TETAPI MENGHASILAKAN SISWA YANG TIDAK MAMPU BELAJAR SENDIRI DAN TIDAK MAMP MENERAPKAN APA YANG TELAH DIPELAJARINYA DALAM BERBAGAI KONTEKS KEHIDUPAN = PENYIMPANGAN

6. Providing international content while responding to local requirements and interests (Menyediakan konten internasional dengan tetap merespon kebutuhan dan kepentingan lokal) JADI KALAU ADA SEKOLAH MENGAKU INTERNASIONAL TETAPI HANYA 'SOK' LUAR NEGERI DAN TIDAK PERNAH SENSITIF TERHADAP ISU-ISU LOKAL = PENYIMPANGAN

7. Encouraging diversity and flexibility in teaching methods (Mendorong keragaman dan fleksibilitas dalam metode pengajarannya) JADI KALAU ADA SEKOLAH MENGAKU INTERNASIONAL TETAPI MEMILIKI METODE PENGAJARAN YANG SAKLEK/KAKU/TIDAK TERBUKA TERHADAP PENINGKATAN = PENYIMPANGAN

8. Providing appropriate forms of assessment and international benchmarking. (Menyediakan bentuk penilaian yang sesuai dan pembanding internasional) JADI KALAU ADA SEKOLAH MENGAKU INTERNASIONAL TETAPI MENDASARKAN PENILAIAN HANYA DARI HASIL UJIAN SAJA DAN YANG PENILAIANNYA TIDAK BISA DIBANDINGKAN DALAM KONTEKS LINTAS NEGARA = PENYIMPANGAN

Inflasi Pendidikan

Tentunya kita sering mendengar/membaca laporan mengenai tingkat inflasi total
Indonesia yang masih berada dalam kendali. Tetapi berapa dari kita yang tahu
bahwa selama bertahun-tahun inflasi sektor pendidikan memberikan proporsi
terbesar dalam perhitungan total inflasi Indonesia. Dari bulan Januari 2002
sampai dengan Juli 2007, inflasi pendidikan adalah sebesar 108%, jauh di atas
pemegang peringkat kedua penyumbang terbesar inflasi yaitu sektor makanan
sebesar 77%.

Kalau harga minyak goreng yang melambung sudah meresahkan masyarakat, inflasi
di sektor pendidikan ini akan memberikan akibat yang lebih mengerikan.
Undang-undang yang mewajibkan 20% dana APBN, Dana Bantuan Operasional Sekolah,
bahkan sekolah gratis yang sudah diberlakukan di berbagai propinsi di tanah air
tidak bisa meredam laju inflasi di sektor pendidikan ini (tanya kenapa????).
Maka jangan heran kalau semakin hari, masyarakat indonesia akan semakin tidak
mampu membayar biaya pendidikan. Dan masyarakat dalam hal ini, jangan
dibayangkan mereka yang berada di bawah garis kemiskinan yang jelas tidak
memiliki daya beli, keluarga-keluarga dengan pendapatan per bulan di bawah Rp.
5.000.000 yang tinggal di kota-kota besar semakin merasa tidak mampu membayar
biaya pendidikan yang layak.

Apabila pemerintah tidak menyadari hal ini dan mengambil tindakan, babak kedua
generasi yang hilang sudah di ambang pintu.

Liburan Homeschool

Bill Gates: Life is not divided into semesters. You don't get summers off and very few employers are interested in helping you find yourself (Hidup tidak dibagi dalam semester. Kamu tidak mendapatkan liburan musim panas dan sangat sedikit atasan yang tertarik membantu menemukan jati diri anda)

Apakah HSer juga punya liburan semester dan liburan kenaikan kelas? Bagaimana dengan
sabtu, minggu dan tanggal merah?

Sebenarnya kalau kita memiliki persepsi yang benar terhadap apa itu belajar, pertanyaan di atas mungkin tidak pernah terlontar. Apakah anak tidak boleh berpikir/ bertanya/ berbicara/ tertarik/ membaca/ berkomentar/ berkarya/ berbuat sesuatu atau melakukan apapun juga apabila tanggal merah? Apakah di hari minggu dia tidak boleh menanam bunga atau membaca, memompa ban sepeda atau bernyanyi menirukan suara binatang, membantu memasak atau bertanya mengenai siapa yang lebih berkuasa, Cleopatra atau Nefertiti? Apakah setiap saat liburan tiba kita berpikir bahwa otak mereka secara alamiah mengalami semacam mati suri dan menjadi disfungsional?

Apakah di hari senin anak tidak boleh merasa sedih, menyendiri dan membisu? Apakah di tanggal bukan merah anak tidak boleh kecapaian dan duduk-duduk santai? Apakah di hari yang bukan hari libur anak tidak boleh jatuh sakit?

Anak belajar setiap saat dan mereka tahu kapan mereka membutuhkan istirahat. Hanya saja sering kali kita sebagai orangtua bukannya menfasilitasi kebutuhan belajar anak tetapi justru mengalihkannya, melarangnya atau bahkan mematikannya sama sekali. Bukannya memahami kejenuhan, kecapaian dan kebutuhan istirahat mereka, tetapi justru meremehkannya.

Masih penasaran mengenai liburan homeschool? Sekarang kita tahu jawabannya.

Realita 2

Beberapa rekan yang berada di sekolah-sekolah 'mutakhir' (mahal) pernah
bercerita tentang apa yang mereka sebut sebagai 'silent scream' (jeritan yang
tidak terdengar). Sebagian dari kita tentu membayangkan betapa berbahagianya
guru yang mengajar di sekolah-sekolah mahal yang pasti memperoleh kesejahteraan
yang lebih dari cukup. Kenyataannya, sebagian besar guru bekerja dengan gaji
minim/tidak sebanding dengan mahalnya uang sekolah, sistem kontrak tahunan
menyebabkan mereka tidak berani memikirkan masa depan. Segala macam tunjangan
atau bahkan asuransi kesehatan hanyalah mimpi apalagi harapan supaya anak-anak
mereka juga mendapatkan fasilitas untuk bisa belajar di sekolah tersebut. Banyak
hal terjadi di balik pintu tertutup, tetapi berani 'bunyi' berarti 'selamat
tinggal'.

Dengan skema seperti ini biasanya guru-guru yang mengajar terbagi menjadi 2
macam: yaitu guru yang memang memiliki dedikasi dan cinta akan pekerjaan dan
muridnya sehingga rela bertahan dengan segala keterbatasan/penekanan dan guru
yang menjadi guru karena tidak diterima kerja di mana-mana, biasanya karena
memiliki kualifikasi buruk, sehingga menjadi guru adalah pilihan terakhir dari
pada menganggur.

Sampai saat ini, khalayak masih sering memperdebatkan dan membandingkan
keunggulan sekolah vs homeschooling padahal itu bukanlah pokok persoalan yang
sering dihadapi para keluarga. Terkadang ada keluarga yang menolak untuk
dieksploitasi. Mereka menolak untuk mendukung suatu sistem yang buruk dan ini
adalah sebuah pilihan.

Realita 1

Seorang kenalan mengeluhkan kebijakan sekolah yang mengharuskan anak-anak untuk
membeli dan menggunakan peralatan tulis dari sekolah. Tujuannya sebenarnya tidak
buruk. Penyeragaman ini dilakukan untuk menghindari persaingan peralatan tulis
antar siswa. Saya berkomentar "Lihat sisi baiknya lah, tujuan sekolah kan tidak
buruk" tetapi serta merta kenalan saya tersebut dengan sangat geram menimpali
"apanya yang tidak buruk, masakan untuk uang peralatan tulis kita harus membayar
500 ribu setiap tahun. Itu di luar buku dan uang lain-lain". Dalam hati saya
menggumam, pantas saja dia marah, untuk keperluan HS Da Hye, satu set peralatan
tulis seharga 5 ribu saja selama satu tahun ini tidak habis terpakai. Padahal
sekolah anak kenalan saya tersebut bukan sekolah berlabel 'nasional plus' dan
uang sekolahnya masih berada di kisaran Rp. 1.100.000 per bulan.

Sepenggal kecil realitas, sepertinya pendidikan tidak terdengar seperti HAK.