Saturday, June 21, 2008

Realita 10: Legal, International dan Bangkrut

Awalnya saya tidak percaya ketika seorang teman menelepon setengah menjerit dengan nada yang histeris "Sekolah anakku bangkrut, aku tidak terima, pokoknya aku tidak terima.....". Saya ingat ketika 2 tahun yang lalu menemaninya pergi ke open house John Calvin School di kawasan Kelapa Gading. Seperti sekolah-sekolah dengan klaim Internasional lainnya, sekolah tersebut dilengkapi dengan brosur-brosur super dasyat, visi dan misi yang menggetarkan jiwa. Benar-benar seperti sekolah impian apalagi jelas-jelas disebut bahwa salah satu pendiri sekolah tersebut adalah mantan menteri pendidikan kita, yang tentu saja bergelad Doktor.

"Kualitasnya sudah pasti dijaminlah, yang mendirikan saja mantan menteri pendidikan." Begitu ujar teman saya yang histeris tersebut pada waktu itu. Beberapa kali saya membahas mengenai 'aura' guru-gurunya yang sepertinya 'underpaid' dan tertekan. "Bagaimana guru-guru tersebut bisa menghasilkan 'visionary leader' seperti yang dijanjikan sekolah sementara kelihatannya mereka sendiri apatis terhadap hidup mereka? Sepertinya ada yang salah dengan sekolah ini,
over promise-under deliver" ujar saya pada waktu itu.

Karena kebetulan sekolah tersebut juga menawarkan Cambridge Assessment kepada murid-muridnya maka saya sangat bersemangat ingin menanyakan berbagai hal mengenai penerapan kurikulum tersebut. Setelah dilempar dari guru satu ke guru lain dengan jawaban yang mengambang maka akhirnya saya dipertemukan kepada seorang guru asing muda yang menurut hemat saya juga tidak banyak tahu mengenai seluk beluk Cambridge Assessment.

Mengejutkan sekali bahwa sekolah tersebut akhirnya bangkrut, (lihat beritanya di:
http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/31/08173711/sekolah.mantan.menteri.bangkr\
ut...
)

Kalau presiden, menteri, pejabat, selebriti, pengusaha dan sederetan orang besar lain bisa berbuat salah dan membawa mala petaka dan mimpi buruk bagi banyak orang, apakah kita yang orang biasa harus takut hanya karena kita ingin memenuhi hak pendidikan anak-anak kita secara mandiri?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home