Wednesday, September 12, 2007

Realita 4

Kemarin malam di Lativi, dalam acara talkshow mengenai Jakarta hadir komisi
pendidikan DPRD DKI Jakarta yang membahas mengenai sekolah gratis. Salah satu
pernyataan yang dilontarkan anggota DPRD tersebut adalah "Sekolah negeri untuk
anak menengah ke bawah sama sekali tidak diperbolehkan mengadakan pungutan
sedangkan sekolah negeri untuk anak-anak kelas menengah ke atas seperti Lab
School misalnya boleh mengadakan pungutan kepada orangtua karena tentunya
orangtua menginginkan sesuatu yang lebih baik bagi anak-anak mereka" pernyataan
ini disambut dengan hangat tentunya. Sekilas pernyataan ini terdengar sangat
adil, yang kelas menengah bawah tidak boleh dipungut biaya lain-lain sedangkan
yang menengah ke atas diperbolehkan. Yang mengganggu bukanlah masalah
diperbolehkannya pungutan atau tidak tetapi adanya sekolah negeri untuk ANAK
MENENGAH KE BAWAH dan ANAK MENENGAH KE ATAS. Kenapa harus dibedakan?

Berkaca dari kedua negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia (Finlandia
dan Korea Selatan) dari sekian banyak kriteria penilaian, salah satu kenapa
mereka terbaik adalah penerapan "equal opportunity" (kesempatan yang sama) bagi
setiap anak, setiap warga negara. Tidak ada istilah sekolah negeri
unggulan/favorit karena kualitas sekolah di seluruh negeri baik di daerah elit
maupun di daerah miskin, di perkotaan maupun di daerah terpencil sama. Mereka
menikmati fasilitas yang sama, buku-buku yang sama, pengajar dan bahkan makan
siang dengan kualitas yang sama tidak peduli apakah anak tersebut anak sopir
atau anak konglomerat. Dan tidak ada istilah murid yang tidak mendapatkan
bangku.

Sampai kapan anak-anak Indonesia akan diberi "stempel kasta" sejak lahir? Kalau
namamu Paiman dari gunung kidul, tidak usah belajar genetika. Kalau bapakmu
gembala kuda di Sumbawa, tidak usah tertarik animasi. Kalau kamu cina tetapi
kulitmu hitam dan penuh noda tidak usah baca buku-buku bagus. Kalau kamu lahir
sebagai gelandangan, tidak perlu tahu not balok. Kalau kamu bisu tuli, tidak
perlu diperkenalkan pada matematika. Kalau kamu keturunan Dayak, orang
pedalaman, tidak usah tahu tentang Internet. Demikian seterusnya.

Kita bisa marah dan menghujat atau pasif menunggu perubahan, tetapi untuk
sebagian keluarga, mereka memutuskan untuk bertindak dan tidak menunggu meskipun
terus melontarkan kritik. Apakah salah memilih homeschooling?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home