Wednesday, September 12, 2007

Realita 3

Sepasang kenalan bercerita, dengan kondisi keduanya bekerja sebagai dosen di
Perguruan Tinggi Negeri, bahkan sang suami mengajar di salah satu Universitas
terbaik di Indonesia, setelah memperhitungkan segala pemasukan dan pengeluaran,
mereka memutuskan untuk menganggarkan Rp.300.000 per bulan untuk dana pendidikan
anak semata wayang mereka. Sebenarnya Rp. 300.000/bulan tidaklah kecil untuk
ukuran makro Indonesia tetapi kenyataan berbicara lain. Hidup di Tangerang,
anggaran sebesar Rp. 300.000 per bulan hanya bisa dipakai untuk membayar ongkos
antar jemput anak sekolah di sekolah negeri yang gratis (tetapi tidak gratis).
Karena tergolong sekolah negeri yang tidak unggulan maka tidak perlu kaget kalau
anak bersekolah di gedung yang kotor, jam belajar yang sangat singkat, text book
dengan kualitas buruk, pengajar yang tidak menguasai bahan dan murid, begitu
papar mereka. Ada alternatif sekolah lain yang sedikit lebih mahal dan
kondisinya sedikit lebih baik,
tetapi karena letaknya lebih jauh, biaya antar jemput meningkat. Selain itu
sekolah tersebut mematok uang pangkal sebesar Rp.7 juta untuk SD yang sangat
memberatkan mereka berdua.

Kalau akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan homeschool untuk putra mereka
supaya anak tersebut bisa memperoleh pendidikan yang menjadi haknya, apakah kita
masih akan terus memperdebatkan antara mana yang lebih unggul, sekolah dan
homeschool? Tidak penting siapa yang lebih unggul, reality bites.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home