Friday, September 08, 2006

Bungaku tidak terbuat dari 0 dan 3

Akhirnya si gadis kecil (anak seorang kenalan) ini menyerah. Wajahnya murung, mungkin karena tidak mendapatkan pembelaan dari mamanya mengenai hasil gambarnya yang diberi nilai jelek oleh ibu guru. Karena si mama lelah mungkin karena seharian bekerja, ia hanya menjawab ringan “Ya lain kali ikutin saja apa kata bu guru, jangan macam-macam.”. Hari itu si gadis kecil (TK nol besar) diharuskan menggambar bunga dengan instruksi buat angka 0 di tengah kemudian angka 3 di sekeliling angka 0 sehingga jadilah bunga. Tetapi si gadis kecil mengikuti nalurinya sendiri dan menggambar bunga ‘versi’ dirinya dimana ada garis-garis, lingkaran-lingkaran dengan warna yang bermacam-macam. Dan dapat jeleklah dia.

Menyaksikan peristiwa seperti itu, ikut sedih juga hati ini. Dalam hati bertanya-tanya: apakah ibu guru tidak tahu ada bunga super besar dan tinggi ada juga yang sangat kecil sehingga butuh mikroskop untuk melihatnya. Ada bunga yang bermahkota ada juga yang tidak. Ada yang merah tetapi juga coklat dan hitam. Bermacam-macam bunga, bermacam-macam bentuk, warna, ukuran, aroma, dll. Kenapa kepercayaan diri dan daya kreativitas anak harus mati perlahan-lahan hanya karena bunga yang terbuat dari angka 0 dan 3?

Drawing is not just a medium or a technique: it is a human activity with a rich and complicated history. Tony Godfrey

0 Comments:

Post a Comment

<< Home