Thursday, September 07, 2006

Rapor Homeschooler: Apalah Arti Sebuah Nilai

Ini adalah kejadian beberapa bulan lalu tentang seorang ibu yang bercerita kepada ibu-ibu lain tentang perjuangannya ‘mogok pulang’ dari sekolahannya demi memperoleh perubahan nilai dari 5 menjadi 7 di salah satu mata pelajaran. Ibu tersebut bercerita dengan semangat betapa anaknya sungguh patut mendapat nilai 7 dan bahwa sekolah telah bersikap tidak adil. Anak ibu tersebut duduk di kelas satu SD.

Kasus seperti di atas tentunya bukan ‘barang baru’. Tanpa melihat apakah orang tua atau sekolah yang salah, tidakkah menyedihkan bahwa sebagian besar dari kita tanpa sadar menjadi ‘gila’ akan ‘nilai’ yang berarti ‘score’ bukan ‘value’. Nilai nol tidak selamanya berarti kebodohan dan kegagalan. Nilai seratus juga tidak berarti kesempurnaan dan keberhasilan. Guru yang berbeda bisa jadi memberi nilai yang berbeda, waktu yang berbeda juga memberi nilai yang berbeda. 100 di tempat A belum tentu 100 di tempat B. Kenapa kita begitu terobsesi dengan nilai padahal setiap hari kita dihadapkan pada suatu relitas hidup yang terus berubah? Segala bidang ilmu berkembang setiap detik, dan kita masih meributkan bagaimana anak-anak bisa dapat ‘jurus-jurus sakti’ untuk mendapat nilai 100?

Kembali ke masalah homeschooling, apakah berbeda dari sekolah biasa homeschooling tidak perlu nilai? Ujian? Rapor? Ada waktu untuk semua itu. Ada waktu juga bagi anak untuk pada akhirnya tumbuh dewasa dan memahami sebuah sistem. Dari situlah dia nanti akan berangkat entah menjadi bagian dari sistem dengan perangkat ujian yang ada atau berani menentang sistem dan mengambil jalan hidupnya sendiri. Tetapi sampai saat itu tiba, tidakkah lebih berarti bagi anak-anak untuk menikmati pembelajarannya tanpa tekanan, kecaman, ancaman, paksaan dan ketakutan.

“jadi, anakmu dapat nilai berapa?” Hanya dia yang tahu, bagi kami orangtua cukuplah mendengar dia berkata:
“I am really good in computer. I can do lots of stuff with it”
“I am terrible in piano. I don’t think I will play it right in million years.”
“I love science especially chemistry experiment and biology”
“I have a very bad handwriting ha..ha..ha..”
“I don’t mind doing math but if I have to do the same thing again and again, I am mad”
“My best part of math is counting money”
“I hate swimming. I can’t stand water in my face. But I can’t touch the top of 30m high wall in just few seconds in wall climbing”
“If there’s time, can I learn traditional dance, specially the one from Aceh?”
“What I hate about history is reading things about war. I don’t want it”
“I am good in art, all sorts of art. I can even make animation with my digital image”
“I am interested in making characters and dubbing voices”
“I can only make one poem but that’s it”
“I will never ever try skydiving, don’t make me do it. I am scared of height.”
“I enjoy singing but my vocal is not so good”
and on……..and on……….

Suatu hari akan tiba waktunya bagi dia untuk mengerti dunia hitam di atas putih, suatu hari nanti…….

0 Comments:

Post a Comment

<< Home