Friday, December 14, 2007

Refleksi Homeschool: Balon Terbang

Hari ini saya pergi ke salah satu supplier dengan mengajak Da Hye. Karena saya perlu berdiskusi cukup lama, Da Hye meminta ijin untuk main sendiri di luar. Tak lama kemudian dia masuk menemui saya sambil berbisik
"Boleh tidak aku pakai budget aku bulan ini untuk beli sesuatu? 1500 saja"
"Mau beli apa?" tanya saya.
"Balon Helium" sahutnya.

Karena masih banyak yang perlu saya urus, saya buru-buru mengijinkan dia padahal hati saya bersuara 'Balon helium..... Bukannya kamu sudah terlalu besar untuk bermain dengan balon terbang? lagi pula apa yang menarik dari balon helium.'

Setelah urusan selesai, di luar ruangan saya mendapati da hye dengan balon terbangnya. 'Ah sudahlah...tidak usah komentar' sahut saya dalam hati padahal sebenarnya ingin sekali saya mengomentari keputusannya membeli balon yang menurut saya 'pointless'. ...paling besok juga kempis, tidak bisa terbang lagi, dan pasti berakhir di tong sampah....sudah. .sudah... tarik nafas.

Dalam perjalanan pulang tiba tiba Da Hye bertanya
"Bagaimana kita bisa mendapat Helium?" entah karena saya yang pemikirannya dangkal atau karena sedang konsentrasi mengemudi, dengan santai dan penuh percaya diri saya menjawab
"Dari tabung, semacam tabung gas di rumah yang dipakai untuk masak."
"Itu aku tahu mom, oksigen yang di rumah sakit juga dari tabung. Maksudku bagaimana manusia bisa mendapat gas helium dan dimasukkan dalam tabung." Saya terdiam
"Wah itu juga mama tidak tahu."
"Ya sudah tidak apa-apa, nanti saya cari sendiri jawabannya." jawabnya santai.

Sepanjang perjalanan pulang saya menyesal telah merendahkan keputusannya untuk membeli balon helium meskipun hanya dalam hati. Kalau saja tadi saya melarangnya membeli atau menasehatinya panjang lebar tentang betapa tidak ada gunanya membeli balon terbang mungkin saya tidak akan pernah tahu bahwa dia memiliki pertanyaan yang menggugah di dalam benaknya, mungkin saya bahkan akan mematikan dorongannya untuk bisa menjadi 'mesin' belajar yang bisa bekerja sendiri dan malah menjadikannya sebagai 'mesin' yang perlu ditendang-tendang hanya supaya bisa nyala sebelum mati lagi dan perlu ditendang lebih keras lagi.

Malam ini sebelum tidur, setelah membaca cerita, Da Hye bertanya,
"Bencongan ada di mana mom? Bencongan itu dekat tempat tinggal kita lho, tetapi di mana?"
"Iya mama dengar juga dekat sini. Kenapa memangnya?"
"Ah tidak, yang jual balon tadi tinggal di Bencongan. Setelah SMP dia tidak sekolah lagi dan jual balon. Good night mom", hati ini semakin merasa bersalah telah sempat dipenuhi keburukan. Begitu banyak hal-hal kecil yang saya anggap tidak berharga tetapi berharga dan penting di matanya.

Setelah Da Hye tertidur, saya turun ke dapur untuk mengambil minum. Di meja ruang tamu tergeletak 2 balon kempis. Satu balon berwarna kuning jelas adalah balon bekas helium sedangkan yang satu lagi adalah balon sisa ulang tahun teman. Entah telah diapakan balon-balon tadi. It doesn't matter anymore.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home