Wednesday, December 19, 2007

Kehidupan Homeschooler: Second Life

Pagi itu Da Hye sarapan dengan terburu-buru. Nenek yang sudah beberapa hari ini berkunjung dari kampung (dan sepertinya resah mengenai homeschool) bertanya kenapa dia makan tergesa-gesa padahal hari masih pagi sekali.

“Da Hye ada kelas hari ini, nanti terlambat. Kelasnya seru sekali, kalau terlambat rugi.” Jawabnya. “lagian Da Hye sudah janji dengan teman . Kita mau duduk sama-sama.”

Da Hye bergegas menuju ke kamar dan menyalakan komputer. Saya tahu kelas yang dimaksud dia adalah kelas-kelas virtual di Second Life yang berapa bulan belakangan sangat menarik hatinya.

Nenek yang penasaran dan ‘on again off again’ mendukung homeschool membuntuti Da Hye ke kamar. Beberapa menit berselang, saya yang sedang sibuk di dapur dikejutkan oleh suara nenek.

“Anakmu itu lagi main game lho, nggak belajar. Coba lihat sana.”

“Oh iya, saya tahu, itu Second Life, bukan game tapi seperti dunia virtual.” Jawab saya

“Lha ngapain main begituan, katanya ada kelas.” Rupanya nenek semakin bingung saja.

Karena pekerjaan sudah selesai saya ajak beliau ke kamar Da Hye .

“ Hari ini kita belajar ‘hurricane’, professornya yang itu (sambil menunjuk avatar di layar komputer). Dia dari NOAA (maksudnya National Oceanic & Atmospheric Administration) sebentar lagi kita naik research aircraft. “ sahut Da Hye riang.

“ Itu teman Da Hye dari Swiss (sambil menujuk avatar di layar Komputer lagi)”

Nenek terdiam, hanya sedikit menggumam “belajarnya kok kaya mainan gitu, terus nanti ada ujiannya tidak?” Saya terdiam senyum-senyum sendiri.

Setelah kelas virtual selesai Da Hye dan beberapa teman virtualnya memutuskan bermain sebentar menjelajah kesana kemari sambil ngobrol (menggunakan voice chat) sambil sesekali lomba naik ‘scooter’. Sebelum berpisah mereka berjanji untuk bertemu di Van Gogh exhibit kapan kapan, rupanya ada satu anak yang bilang kalau di sana 'cool'.

Malam setelah kejadian itu, nenek masih saja terlihat penuh pikiran. Ada sebersit sindiran, mengingatkan bahwa tidak ada gunanya melakukan sesuatu yang tidak lazim. Ah, paham benar saya atas kekhawatiran beliau. Tetapi entah kenapa malam itu saya justru merasa damai. Selangkah demi selangkah Da Hye mulai menapakkan kakinya di dunia yang tidak sempurna ini seorang diri, berusaha belajar atas dorongan pribadi, dan ketika malam tiba, ibu hanyalah seorang ibu bukan maha guru. Mungkin tidak banyak orang yang tahu perasaan ini.

Yang ingin tahu tentang Second Life:

http://edition.cnn.com/2006/TECH/11/13/second.life.university/index.html

http://www.businessweek.com/technology/content/apr2007/tc20070416_129266.htm

http://www.usatoday.com/tech/gaming/2006-10-05-second-life-class_x.htm

http://thephoenix.com/article_ektid20561.aspx

http://cyber.law.harvard.edu/home/

http://education.guardian.co.uk/elearning/story/0,,2051195,00.html

http://www.usatoday.com/news/education/2007-08-01-second-life_N.htm

http://www.edutopia.org/school-second-life

http://student.bmj.com/issues/07/12/news/431.php

http://www.iddblog.org/?p=32

http://www.holymeatballs.org/



1 Comments:

Blogger Sharah said...

dear ines,

seneng banget dpt info ttgmu dari moi...
aku lagi italy, just recently arrived actually :)
sedang berpikir dan cari2 rujukan ttg hs for my kids....
i keep walking thru ur blog, my kiss 4 da hye, such a smart girl :)

luv,
sharah
http://www.amotherventure.com

4:19 AM  

Post a Comment

<< Home